Kehilangan merupakan bagian dari fitrah manusia yang bisa membuat perubahan dalam kehidupan kita. Arti kehilangan bisa berupa kesedihan dan penderitaan atau tempaan atas kualitas ketabahan dan kesiapan diri. Rasa kehilangan merupakan bagian dari rasa memiliki karena adanya keterikatan atas sesuatu atau seseorang. Kehilangan menunjukkan rasa yang tidak sepenuhnya utuh, merasa kurang tanpa hadirnya sesuatu atau seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering bersentuhan dengan rasa kehilangan. Kehilangan akan benda, jiwa, perasaan, harga diri dan suasana, kehilangan sosok seseorang, kehilangan kesempatan atau peluang bahkan takut kehilangan.
Kehilangan pernah dialami siapa saja, terlepas dari perbedaan hal yang hilang, reaksi atas kehilangan, cara menyikapi, mengatasi dan mengartikan kehilangan, serta dampak yang ditimbulkannya. Kehilangan sebuah benda yang berharga bisa berarti petaka bagi sebagian orang, dan kehilangan sosok seseorang bisa berarti derita bagi kita. Di atas semua itu, kehilangan sesuatu atau seseorang bisa menyebabkan kehilangan harapan dan kesadaran akan suara hati, sehingga arti kehilangan bisa mengubah persepsi seseorang atas kehidupan. Tidak sedikit orang yang membentuk arti dan persepsi kehilangan sebagai penderitaan dan larut di dalamnya, menjadi kehilangan kepercayaan dan kebermaknaan hidup. Mengapa kita merasa kehilangan?
Kehilangan tumbuh dalam benak dan perasaan kita karena adanya arti berikut ini, yang seringkali kita sadari setelah kehilangan itu terjadi.
Pertama, kita merasa kehilangan karena sesuatu atau seseorang yang hilang itu sangat berharga dan berarti untuk kita. Kita seringkali merasa terlambat menyadari atau bahkan baru menyadari betapa berharganya sesuatu dan betapa berartinya seseorang untuk kita setelah semua itu hilang, sehingga kita merasa kehilangan dan merasakan arti kehilangan sebagai adanya kekurangan, kekosongan, atau kehampaan tanpa kehadiran yang hilang tersebut.
Kedua, kita merasa kehilangan karena kita menyadari bahwa kita membutuhkan yang hilang itu. Intensitas kebersamaan dan kedekatan membuat kita terbiasa dan merasa biasa. Namun, ketika yang terbiasa dan biasa itu tak ada, kita merasa ada yang kurang dan hilang dari kebiasaan dan keterbiasaan itu. Ini menunjukkan bahwa kita membutuhkan kehadirannya, keberadaannya, perannya, fungsinya dan kebermanfaatannya untuk kita, sehingga rasa membutuhkan itu bisa berkembang menjadi mengharapkan yang hilang.
Ketiga, kita merasa kehilangan karena kita merasa mencintai dan menyayangi yang hilang itu. Bagaimanapun berharganya sesuatu bagi orang lain, dan bagaimanapun berartinya seseorang bagi orang lain, tak akan membuat kita merasa kehilangan ketika kita tak mencintainya dan menyayanginya atau paling tidak ada empati yang bisa membuat kita merasa kehilangan. Kehilangan sahabat, teman, keluarga atau orang terkasih merupakan bentuk kehilangan karena cinta kita kepada mereka. Kedalaman rasa bisa mengukuhkan arti kehilangan dalam diri dan hati kita, sehingga kehilangan itu bisa berdampak tidak biasa dan luar biasa bagi hidup dan hati seseorang.
Biasanya reaksi awal karena kehilangan ditunjukkan dengan bersedih, menangis, kesal, marah atau menyalahkan diri karena merasa menyia-nyiakan yang hilang tersebut. Reaksi ini bisa berlanjut hingga membuat kita larut, terbenam dan karam dalam rasa kehilangan itu. Bila ini reaksi kita, maka boleh jadi kita kan kehilangan kebermaknaan dan kepercayaan akan diri, hidup dan Pemilik Kehidupan. Ada pula orang yang mampu mengatasinya dengan menunjukkan reaksi yang wajar karena ia meyakini kekuatan Tuhan. Arti kehilangan bagi orang-orang seperti ini adalah ujian sekaligus perubahan dalam kehidupan, bukan kesedihan semata. Orang-orang seperti inilah yang dikategorikan sebagai pembelajar kehidupan, memiliki kemampuan untuk melihat dan memahami hikmah di balik masalah, melihat sisi kemudahan dalam kesulitan dan menjadikan kegagalan sebagai batu loncatan untuk melangkah lebih maju.
..................................
Ini merupakan sebuah renungan pribadi. Kehilangan yang berarti memang berat. Butuh waktu, kemauan dan kesiapan hati untuk bisa menghadapi dan mengatasinya. Kita memang harus siap kehilangan karena kita hanya menjalankan peran kehidupan, tidak memiliki apapun bahkan diri kita sendiri.......
Bukankah Pengalaman Guru Terbaik ?
________________________________________
Kami sudah mengenalnya, mengetahui dengan sangat baik lewat kenyataan hidup yang kami lihat dan rasakan sendiri sebagai satu diantara pelaku hukum alam lainnya, mereka keji, licik, munafik, dan acuh akan kehadiran kami yang tergeser dari pergolakan kekuatan materi. Inilah kami yang teraniaya, sebelumnya begitu mengagungkan dan mencoba menjadi seperti yang mereka inginkan, meski dengan harus meniadakan diri sekalipun, kami diacuhkan , kalah dalam segala persaingan. Begitu berat, tertatih-tatih kami membawa kenyataan yang memilukan ini. Malu, meski seperti inilah kenyataannya, mereka begitu egois untuk dapat menerima kami seperti apa adanya kami. Sudahlah…. Kami dipaksa untuk mengakui dan tetap berjalan diatas kenyataan ini. Karena bukti kebijaksanaan terlihat dari keberanian melanjutkan langkah bukan dengan berhenti dan menyerah dengan segalanya. Sekiranya disinilah letak keindahan dari cerita yang akan kita lantunkan dikehidupan lain kelak.
Wanita dalam literatur manapun selalu menempati posisi teratas dalam kategori keindahan alam. Lekukan tubuhnya kerap kali menimbulkan masalah pada kehidupan khalayak ramai. Meski terkadang tidak disadari, kehadirannya menjadi kiblat mata memandang, sebuah karya cipta sempurna dari yang maha sempurna. Penciptaannya sungguh merupakan sebuah anugerah. Begitu mulia hingga tidak ada yang mampu mencelanya. Mungkin karena semua ini bukan kebohongan dan mereka sadari, selanjutnya mereka dekat dengan keangkuhan. Pemujaan yang tiada hentinya mereka dapatkan menjadikan mereka yakin akan semuanya dan lupa bahwa mereka pun masih manusia, makhluk hina yang tercipta dari air kotor pun menjijikan. Tak berharga dan tiada ubahnya dengan kerendahahn lain yang ada dimuka bumi. Kelemaah lembutannya sungguh sangat rentan dengan kebohongan.
“Karena sendiri tarnyata menyakitkan, Adam akhirnya memohon kepada Tuhan untuk diciptakan baginya pasangan, maka lahirlah Hawa dari bagian tubuh Adam melalui kuasa Tuhan. Tulang rusuk yang tiada artinya pun menjadi pasangan yang begitu elok, sarat akan keindahan dan menjadi jawaban dari pertanyaan dimana letak keindahan sorga. Hingga pada akhirnya iblis datang dan menggoda Adam memakan buah pohon terlarang. Namun, karena iblis tidak mampu menawarkan kebahagiaan yang melebihi pemberian Tuhan, ia gagal. Meski demikian, keteguhan hati Adam tidak kemudian menjadikan iblis menyerah, ia kembali dan dengan sasaran godaan yang berbeda. Hawa sebagai satu dari sekian banyak kebahagian yang diberikan Tuhan kepada Adam dilirik oleh iblis. Kerapuhannya tidak menjadikan iblis mengalami kesulitan masuk kedalam hatinya. Iblis berhasil, lalu menjadikan Hawa bonekanya keindahan yang dibalut sikap lemah lembut melunakkan keimanan Adam. Tergoda, keduanya kemudian mengunjungi pohon terlarang dan memakan buahnya. Iblis yang menjadikan Hawa budak mampu menodai keindahan sorga. Meski berat, Tuhan dengan menutup matanya mengusir Adam dari sorga. Mekhluk ciptaann Tuhan yang sangat diagungkan segala makhluk lainnya berikut Tuhan sendiri, harus keluar dengan paksa dari sorga”.
Hawa dengan kelemah lembutannya mampu menjadikan Adam lupa dengan tugas yang diemban dalam penciptaannya sebagai makhluk Tuhan. Begitu indah dan memabukkan, segala yang dipancarkan olehnya adalah mulia dan sangat mungkin untuk mengantarkan keindahannya kearah yang dinginkannya.
Permasalahan kian rumit ketika dunia tidak hanya berisikan dua manusia, mereka yang terkutuk telah berkembang biak, Adam tidak lagi tergoda hanya dengan seorang Hawa, begitupun sebaliknya bukan lagi hanya seorang Adam yang hidup sebagai seorang lelaki, untuk digoda oleh keturunan bani Hawa. Keadaan ini pun membentuk strategi hidup dan pola masyarakat yang kian berwarna. Menggoda bukan lagi hanya dengan mendatangi dan membisikkan tawaran indah ketelinga target. Kehidupan yang ramai menjadikan kemandirian sebagai jawaban mutlak atas semuanya.
Kalian para wanita pernahkah, sedikit saja berfikir bahwa apa yang kalian lakukan sebagai makhluk sudah “keterlaluan”. Senyuman yang hanya kalian anggap sebagai satu dari sekian banyak ekspresi hati menjadikan kami begitu tersiksa. Butuh waktu untuk kemudian mampu sadar bahwa segala yang kalian lakukan adalah hal sama seperti yang disarankan oleh banyak lelaki.
Sudah lupakah kalian bagaimana kehadiran pertama kalian ?
Terlalu banyak yang telah kalian rusak
Haruskah kulihat masa lalu kalian
Benarkah yang telah terjadi seharusnya mendidik kita dimasa depan
Namun, kenapa kalian tidak
Kalian makhluk hina, lahir dari tanah
Saya ragu kalian kalian tidak tahu kalau tanah itu rendah
Kalian penyebab kami diusir dari sorga
Harusnya kalian sadar dan pahami
Kalian itu lahir dari tulang rusuk dan atas permintaan kami
Bukan karena kalian mulia……
Dasar makhluk bodoh, kalian hidup diantara terlalu banyak kebohongan yang sadar atau tidak dihadirkan oleh kalian sendiri. Selalu berteriak dan merengek minta bantuan karena katanya disakiti. Padahal, realitasnya kalian yang menjajah, kalian yang menyakiti. Sadar atau tidak kalian harusnya tahu kalau kalian terlalu egois, terlalu banyak menuntut, hingga akhirnya kami yang tersisihkan dari pergolakan, lelah untuk terus mengikuti. Tolong jangan teruskan seperti ini, kami sudah tidak mampu, terlalu banyak yang kami korbankan, tinggalkan, dan acuhkan, hanya untuk berharap bahwa kalian patuh dengan hukum alam, taukah kalian disaat tertawa, saat kalian hidup seperti apa adanya, kami sendiri, ditemani sepi dalam gelap dan teraniaya. Tolong, jangan siksa kami lagi, jangan sakiti kami lagi, jangan senyum lagi pada kami, jangan lihat kami lagi. Jika ada cinta pada mata kalian, senyum kalian pada kami, yang terjajah, yang disakiti dan yang diacuhkan. Sadarkah kalian dulunya kalian tidak berharga, dari debu, hina, andai bukan karena Muhammad, kalian tidak akan seperti sekarang. Dasar makhluk tak tau diri, dulunya tak lebih rendah dari kotoran, kini menginjak kami yang memulaikan kalian. Kalian masih harus banyak belajar bahwa sejarah adalah bentuk peradaban yang merupakan guru terbaik untuk mendidik kalian dimasa depan tidak untuk hari ini.
Wajib bagi kalian tahu bahwa hidup selalu punya aturan dan kalian satu diantara yang terikat diantaranya. Bahwa Adam butuh Hawa begitu pula sebaliknya, apa kalian tidak butuh kami ataukah tidak sadar bahwa serpihan Muhammad ada. Kami masih mau cukur kumis dan panjangkan janggut, menunduk dalam berjalan dan menjauhkan diri dari jiwa tapi bagaimana dengan kalian, apakah kalian masih mau mengikuti syarat ??, dasar penghianat, andai aku mampu akan kuputar waktu dan tidak akan ada seseorangpun kutugaskan untuk memuliakanmu dasar makhluk hina.
Kalian selalu berkata dengan nada dan bahasa yang sangat marah sembari menitikkan air mata ketika tersadarkan diri bahwa tengah dibohongi oleh kekasih hati. sesungguhnya kalian memang tengah dibohongi, hal itu tidak akan kugugat tidak pula kucaci. Sedikitpun, hal tersebut bukanlah sebuah kebohongan, sangat dapat diakui tangisan kalian memang bukan sebuah sandiwara. Namun, sadarkah kalian bahwa perkataan dengan nada dan bahasa yang sangat marah sembari menitikkan air mata tersebut merupakan bukti kebodohan kalian. “tai kucing yang berbalut pita tersirami parfum dan dihiasi dengan bunga aneka warna” itu kalian sangka pangeran tampan berkuda putih. Kalian tertipu dengan pita indah itu, wewangian parfum yang ditaburi diatasnya, dan bunga aneka warna yang kian memperindah tampilan luarnya. Sadarkah kalian “tai kucing” itu bukan tanpa sebab memakai balutan pita dan terus menghiasi dirinya, melainkan datang dari diri kalian sendiri. Kalian tidak akan pernah mampu untuk menerima “tai kucing” apa adanya, dengan bau busuk dan tampilan buruknya.
Meski tolak ukur kegamblangan itu secara subjekif datang dari kami, “tai kucing” berpenampilan apa adanya yang tidak pernah bisa kalian terima keberadaannya. Keraguan tetap selalu muncul dan bertanya, dapatkah kalian menerima semua kebenaran ini ?. kebenaran bahwa kalianlah sebab kunci mengapa para pria gemar berbohong. Perlu kalian ketahui bahwa hamper setiap manusia mampu berbohong jika diperlukan. Kalian membutuhkan kebohongan agar dapat lari dari kenyataan tentang tidak kunjung hadirnya pangeran tampan berkuda putih yang kerap kalian nantikan.
Dalam masa sekali hidup yang kurang lebih bila dirata-ratakan pada seluruh manusia berumur 50 tahun, pengalaman untuk dibohongi oleh kekasih hati memang sepertinya tidak cukup untuk membuat kalian sadar, dan berubah kemudian keluar dari kebodohan luar biasa ini. Belum lagi bila dibahas mengenai sejarah kaum kalian, entah dari masa romawi kuno maupun arab jahiliyah. Sejarah mencatat kaum kalian pada masa itu tidaklah lebih dari sekedar harta rampasan perang. Keadaan menceritakan posisi kalian bukanlah sepenting saat ini, selain menjadi corong-corong keturunan bagi para pria. Keberadaan kalian tidaklah lebih penting melainkan “fungsi vagina” yang kalian bawa dan melekat pada tubuh kalian. Sekedar hanya untuk memberikan kebahagiaan duniawi, melahirkan keturunan, menyusui, dan membinanya hingga tumbuh dewasa.
Hal ini memang berat untuk diakui, namun dari semua kenyataan yang telah diangkat seharusnya kalian mampu mencuri cerita lama dari wanita lain yang telah hidup sebelum kalian dan menjadikannya pelajaran berharga untuk kalian pahami. Ataukah kalian tidak sepakat dengan platform bahwa, pengalaman adalah guru terbaik ?
Kehilangan tumbuh dalam benak dan perasaan kita karena adanya arti berikut ini, yang seringkali kita sadari setelah kehilangan itu terjadi.
Pertama, kita merasa kehilangan karena sesuatu atau seseorang yang hilang itu sangat berharga dan berarti untuk kita. Kita seringkali merasa terlambat menyadari atau bahkan baru menyadari betapa berharganya sesuatu dan betapa berartinya seseorang untuk kita setelah semua itu hilang, sehingga kita merasa kehilangan dan merasakan arti kehilangan sebagai adanya kekurangan, kekosongan, atau kehampaan tanpa kehadiran yang hilang tersebut.
Kedua, kita merasa kehilangan karena kita menyadari bahwa kita membutuhkan yang hilang itu. Intensitas kebersamaan dan kedekatan membuat kita terbiasa dan merasa biasa. Namun, ketika yang terbiasa dan biasa itu tak ada, kita merasa ada yang kurang dan hilang dari kebiasaan dan keterbiasaan itu. Ini menunjukkan bahwa kita membutuhkan kehadirannya, keberadaannya, perannya, fungsinya dan kebermanfaatannya untuk kita, sehingga rasa membutuhkan itu bisa berkembang menjadi mengharapkan yang hilang.
Ketiga, kita merasa kehilangan karena kita merasa mencintai dan menyayangi yang hilang itu. Bagaimanapun berharganya sesuatu bagi orang lain, dan bagaimanapun berartinya seseorang bagi orang lain, tak akan membuat kita merasa kehilangan ketika kita tak mencintainya dan menyayanginya atau paling tidak ada empati yang bisa membuat kita merasa kehilangan. Kehilangan sahabat, teman, keluarga atau orang terkasih merupakan bentuk kehilangan karena cinta kita kepada mereka. Kedalaman rasa bisa mengukuhkan arti kehilangan dalam diri dan hati kita, sehingga kehilangan itu bisa berdampak tidak biasa dan luar biasa bagi hidup dan hati seseorang.
Biasanya reaksi awal karena kehilangan ditunjukkan dengan bersedih, menangis, kesal, marah atau menyalahkan diri karena merasa menyia-nyiakan yang hilang tersebut. Reaksi ini bisa berlanjut hingga membuat kita larut, terbenam dan karam dalam rasa kehilangan itu. Bila ini reaksi kita, maka boleh jadi kita kan kehilangan kebermaknaan dan kepercayaan akan diri, hidup dan Pemilik Kehidupan. Ada pula orang yang mampu mengatasinya dengan menunjukkan reaksi yang wajar karena ia meyakini kekuatan Tuhan. Arti kehilangan bagi orang-orang seperti ini adalah ujian sekaligus perubahan dalam kehidupan, bukan kesedihan semata. Orang-orang seperti inilah yang dikategorikan sebagai pembelajar kehidupan, memiliki kemampuan untuk melihat dan memahami hikmah di balik masalah, melihat sisi kemudahan dalam kesulitan dan menjadikan kegagalan sebagai batu loncatan untuk melangkah lebih maju.
..................................
Ini merupakan sebuah renungan pribadi. Kehilangan yang berarti memang berat. Butuh waktu, kemauan dan kesiapan hati untuk bisa menghadapi dan mengatasinya. Kita memang harus siap kehilangan karena kita hanya menjalankan peran kehidupan, tidak memiliki apapun bahkan diri kita sendiri.......
Bukankah Pengalaman Guru Terbaik ?
________________________________________
Kami sudah mengenalnya, mengetahui dengan sangat baik lewat kenyataan hidup yang kami lihat dan rasakan sendiri sebagai satu diantara pelaku hukum alam lainnya, mereka keji, licik, munafik, dan acuh akan kehadiran kami yang tergeser dari pergolakan kekuatan materi. Inilah kami yang teraniaya, sebelumnya begitu mengagungkan dan mencoba menjadi seperti yang mereka inginkan, meski dengan harus meniadakan diri sekalipun, kami diacuhkan , kalah dalam segala persaingan. Begitu berat, tertatih-tatih kami membawa kenyataan yang memilukan ini. Malu, meski seperti inilah kenyataannya, mereka begitu egois untuk dapat menerima kami seperti apa adanya kami. Sudahlah…. Kami dipaksa untuk mengakui dan tetap berjalan diatas kenyataan ini. Karena bukti kebijaksanaan terlihat dari keberanian melanjutkan langkah bukan dengan berhenti dan menyerah dengan segalanya. Sekiranya disinilah letak keindahan dari cerita yang akan kita lantunkan dikehidupan lain kelak.
Wanita dalam literatur manapun selalu menempati posisi teratas dalam kategori keindahan alam. Lekukan tubuhnya kerap kali menimbulkan masalah pada kehidupan khalayak ramai. Meski terkadang tidak disadari, kehadirannya menjadi kiblat mata memandang, sebuah karya cipta sempurna dari yang maha sempurna. Penciptaannya sungguh merupakan sebuah anugerah. Begitu mulia hingga tidak ada yang mampu mencelanya. Mungkin karena semua ini bukan kebohongan dan mereka sadari, selanjutnya mereka dekat dengan keangkuhan. Pemujaan yang tiada hentinya mereka dapatkan menjadikan mereka yakin akan semuanya dan lupa bahwa mereka pun masih manusia, makhluk hina yang tercipta dari air kotor pun menjijikan. Tak berharga dan tiada ubahnya dengan kerendahahn lain yang ada dimuka bumi. Kelemaah lembutannya sungguh sangat rentan dengan kebohongan.
“Karena sendiri tarnyata menyakitkan, Adam akhirnya memohon kepada Tuhan untuk diciptakan baginya pasangan, maka lahirlah Hawa dari bagian tubuh Adam melalui kuasa Tuhan. Tulang rusuk yang tiada artinya pun menjadi pasangan yang begitu elok, sarat akan keindahan dan menjadi jawaban dari pertanyaan dimana letak keindahan sorga. Hingga pada akhirnya iblis datang dan menggoda Adam memakan buah pohon terlarang. Namun, karena iblis tidak mampu menawarkan kebahagiaan yang melebihi pemberian Tuhan, ia gagal. Meski demikian, keteguhan hati Adam tidak kemudian menjadikan iblis menyerah, ia kembali dan dengan sasaran godaan yang berbeda. Hawa sebagai satu dari sekian banyak kebahagian yang diberikan Tuhan kepada Adam dilirik oleh iblis. Kerapuhannya tidak menjadikan iblis mengalami kesulitan masuk kedalam hatinya. Iblis berhasil, lalu menjadikan Hawa bonekanya keindahan yang dibalut sikap lemah lembut melunakkan keimanan Adam. Tergoda, keduanya kemudian mengunjungi pohon terlarang dan memakan buahnya. Iblis yang menjadikan Hawa budak mampu menodai keindahan sorga. Meski berat, Tuhan dengan menutup matanya mengusir Adam dari sorga. Mekhluk ciptaann Tuhan yang sangat diagungkan segala makhluk lainnya berikut Tuhan sendiri, harus keluar dengan paksa dari sorga”.
Hawa dengan kelemah lembutannya mampu menjadikan Adam lupa dengan tugas yang diemban dalam penciptaannya sebagai makhluk Tuhan. Begitu indah dan memabukkan, segala yang dipancarkan olehnya adalah mulia dan sangat mungkin untuk mengantarkan keindahannya kearah yang dinginkannya.
Permasalahan kian rumit ketika dunia tidak hanya berisikan dua manusia, mereka yang terkutuk telah berkembang biak, Adam tidak lagi tergoda hanya dengan seorang Hawa, begitupun sebaliknya bukan lagi hanya seorang Adam yang hidup sebagai seorang lelaki, untuk digoda oleh keturunan bani Hawa. Keadaan ini pun membentuk strategi hidup dan pola masyarakat yang kian berwarna. Menggoda bukan lagi hanya dengan mendatangi dan membisikkan tawaran indah ketelinga target. Kehidupan yang ramai menjadikan kemandirian sebagai jawaban mutlak atas semuanya.
Kalian para wanita pernahkah, sedikit saja berfikir bahwa apa yang kalian lakukan sebagai makhluk sudah “keterlaluan”. Senyuman yang hanya kalian anggap sebagai satu dari sekian banyak ekspresi hati menjadikan kami begitu tersiksa. Butuh waktu untuk kemudian mampu sadar bahwa segala yang kalian lakukan adalah hal sama seperti yang disarankan oleh banyak lelaki.
Sudah lupakah kalian bagaimana kehadiran pertama kalian ?
Terlalu banyak yang telah kalian rusak
Haruskah kulihat masa lalu kalian
Benarkah yang telah terjadi seharusnya mendidik kita dimasa depan
Namun, kenapa kalian tidak
Kalian makhluk hina, lahir dari tanah
Saya ragu kalian kalian tidak tahu kalau tanah itu rendah
Kalian penyebab kami diusir dari sorga
Harusnya kalian sadar dan pahami
Kalian itu lahir dari tulang rusuk dan atas permintaan kami
Bukan karena kalian mulia……
Dasar makhluk bodoh, kalian hidup diantara terlalu banyak kebohongan yang sadar atau tidak dihadirkan oleh kalian sendiri. Selalu berteriak dan merengek minta bantuan karena katanya disakiti. Padahal, realitasnya kalian yang menjajah, kalian yang menyakiti. Sadar atau tidak kalian harusnya tahu kalau kalian terlalu egois, terlalu banyak menuntut, hingga akhirnya kami yang tersisihkan dari pergolakan, lelah untuk terus mengikuti. Tolong jangan teruskan seperti ini, kami sudah tidak mampu, terlalu banyak yang kami korbankan, tinggalkan, dan acuhkan, hanya untuk berharap bahwa kalian patuh dengan hukum alam, taukah kalian disaat tertawa, saat kalian hidup seperti apa adanya, kami sendiri, ditemani sepi dalam gelap dan teraniaya. Tolong, jangan siksa kami lagi, jangan sakiti kami lagi, jangan senyum lagi pada kami, jangan lihat kami lagi. Jika ada cinta pada mata kalian, senyum kalian pada kami, yang terjajah, yang disakiti dan yang diacuhkan. Sadarkah kalian dulunya kalian tidak berharga, dari debu, hina, andai bukan karena Muhammad, kalian tidak akan seperti sekarang. Dasar makhluk tak tau diri, dulunya tak lebih rendah dari kotoran, kini menginjak kami yang memulaikan kalian. Kalian masih harus banyak belajar bahwa sejarah adalah bentuk peradaban yang merupakan guru terbaik untuk mendidik kalian dimasa depan tidak untuk hari ini.
Wajib bagi kalian tahu bahwa hidup selalu punya aturan dan kalian satu diantara yang terikat diantaranya. Bahwa Adam butuh Hawa begitu pula sebaliknya, apa kalian tidak butuh kami ataukah tidak sadar bahwa serpihan Muhammad ada. Kami masih mau cukur kumis dan panjangkan janggut, menunduk dalam berjalan dan menjauhkan diri dari jiwa tapi bagaimana dengan kalian, apakah kalian masih mau mengikuti syarat ??, dasar penghianat, andai aku mampu akan kuputar waktu dan tidak akan ada seseorangpun kutugaskan untuk memuliakanmu dasar makhluk hina.
Kalian selalu berkata dengan nada dan bahasa yang sangat marah sembari menitikkan air mata ketika tersadarkan diri bahwa tengah dibohongi oleh kekasih hati. sesungguhnya kalian memang tengah dibohongi, hal itu tidak akan kugugat tidak pula kucaci. Sedikitpun, hal tersebut bukanlah sebuah kebohongan, sangat dapat diakui tangisan kalian memang bukan sebuah sandiwara. Namun, sadarkah kalian bahwa perkataan dengan nada dan bahasa yang sangat marah sembari menitikkan air mata tersebut merupakan bukti kebodohan kalian. “tai kucing yang berbalut pita tersirami parfum dan dihiasi dengan bunga aneka warna” itu kalian sangka pangeran tampan berkuda putih. Kalian tertipu dengan pita indah itu, wewangian parfum yang ditaburi diatasnya, dan bunga aneka warna yang kian memperindah tampilan luarnya. Sadarkah kalian “tai kucing” itu bukan tanpa sebab memakai balutan pita dan terus menghiasi dirinya, melainkan datang dari diri kalian sendiri. Kalian tidak akan pernah mampu untuk menerima “tai kucing” apa adanya, dengan bau busuk dan tampilan buruknya.
Meski tolak ukur kegamblangan itu secara subjekif datang dari kami, “tai kucing” berpenampilan apa adanya yang tidak pernah bisa kalian terima keberadaannya. Keraguan tetap selalu muncul dan bertanya, dapatkah kalian menerima semua kebenaran ini ?. kebenaran bahwa kalianlah sebab kunci mengapa para pria gemar berbohong. Perlu kalian ketahui bahwa hamper setiap manusia mampu berbohong jika diperlukan. Kalian membutuhkan kebohongan agar dapat lari dari kenyataan tentang tidak kunjung hadirnya pangeran tampan berkuda putih yang kerap kalian nantikan.
Dalam masa sekali hidup yang kurang lebih bila dirata-ratakan pada seluruh manusia berumur 50 tahun, pengalaman untuk dibohongi oleh kekasih hati memang sepertinya tidak cukup untuk membuat kalian sadar, dan berubah kemudian keluar dari kebodohan luar biasa ini. Belum lagi bila dibahas mengenai sejarah kaum kalian, entah dari masa romawi kuno maupun arab jahiliyah. Sejarah mencatat kaum kalian pada masa itu tidaklah lebih dari sekedar harta rampasan perang. Keadaan menceritakan posisi kalian bukanlah sepenting saat ini, selain menjadi corong-corong keturunan bagi para pria. Keberadaan kalian tidaklah lebih penting melainkan “fungsi vagina” yang kalian bawa dan melekat pada tubuh kalian. Sekedar hanya untuk memberikan kebahagiaan duniawi, melahirkan keturunan, menyusui, dan membinanya hingga tumbuh dewasa.
Hal ini memang berat untuk diakui, namun dari semua kenyataan yang telah diangkat seharusnya kalian mampu mencuri cerita lama dari wanita lain yang telah hidup sebelum kalian dan menjadikannya pelajaran berharga untuk kalian pahami. Ataukah kalian tidak sepakat dengan platform bahwa, pengalaman adalah guru terbaik ?
Sekian^.^